PERTAHANAN TUBUH MANUSIA (RESPONS NONSPESIFIK):
PERTAHANAN TUBUH MANUSIA
RESPONS NONSPESIFIK
Reaksi inflamasi/peradangan.
Merupakan respons lokal tubuh thd infeksi atau perlukaan . Tidak spesifik hanya untuk infeksi mikroba, tetapi respons yg sama juga terjadi pada perlukaan akibat suhu dingin, panas, atau trauma. Fagosit merupakan pemeran utama yang terdiri dari: neutrofil, monosit, & makrofag.
Tahap inflamasi:
Masuknya bakteri ke dalam jaringan. Vasodilatasi sistem mikrosirkulasi area yg terinfeksi dapat meningkatkan aliran darah. Permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi terhadap protein meningka sehingga difusi protein & filtrasi air ke interstisial. Keluarnya neutrofil lalu monosit dari kapiler & venula ke interstisial . Penghancuran bakteri di jaringan akan mengakibatkan fagositosis (respons sistemik: demam) yang selanjutnya yaitu perbaikan jaringan.
Protein antivirus (interferon)
Interferon adalah protein yang membantu untuk melindungi sel-sel tubuh yang sehat di sekitarnya terhadap virus. Interferon yang dihasilkan sebagai respon terhadap suatu virus, memberikan perlindungan kepada sel-sel terhadap invasi yang sama atau virus lainnya. Interferon berfungsi untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus, meningkatkan sistem kekebalan, efektif untuk melawan melanoma (kanker kulit), leukemia, membantu menyembuhkan rematik tulang (Pacito, 2010).
Sel yang terinfeksi virus akan mengeluarkan interferon. Interferon mengganggu replikasi virus (antivirus), ‘interfere’. Interferon juga memperlambat pembelahan & pertumbuhan sel tumor dengan meningkatkan potensi sel NK & sel T sitotoksik (antikanker). Peran interferon yg lain yaitu meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag & merangsang produksi antibodi.
Sel natural killer (NK)
Pertahanan non-spesifik juga meliputi sel pembunuh alami (Natural Killer). Sel NK tidak menyerang menyerang mikroorganisme secara langsung, tetapi merusak sel tubuh yang diserang oleh virus dan juga sel-sel abnormal yang dapat membentuk tumor. Sel NK tidak bersifat fagositik, melainkan menyerang membrane sel sehingga sel tersebut lisis.
Menurut Darmono (2006) Sel natural killer (NK) adalah sel limfosit yang ditemukan di dalam darah dan organ limfosit perifer, yang mampu membunuh sel yang terinfeksi virus atau sel tumor tanpa melibatkan sistem imun dan restriksi MHC. Sel NK juga disebut sebagai granuler limfosit yang besar atau sel nul karena ditandai dengan absennya penanda permukaan yang khas seperti sel-T dan sel-B. sel-NK juga mampu menghancurkan (menghaluskan) sel target dengan kontak langsung tanpa perantara antibody atau Antibody Dependent Celluler Cytoxicity (ADCC).
Sel NK dapat mengenali host cell yang sudah berubah akibat terinfeksi mikroba. Mekanisme pengenalan ini belum sepenuhnya diketahui. Sel NK mempunyai berbagai reseptor untuk molekul host cell, sebagian reseptor akan mengaktivasi sel NK dan sebagian yang lain menghambatnya. Reseptor pengaktivasi bertugas untuk mengenali molekul di permukaan host cell yang terinfeksi virus, serta mengenali fagosit yang mengandung virus dan bakteri. Reseptor pengaktivasi sel NK yang lain bertugas untuk mengenali molekul permukaan host cell yang normal (tidak terinfeksi) (Anonymous, 2010).
Sistem komplemen
Sistem komplemen ialah seri (lebih dari 18 macam) protein plasma yang dihasilkan oleh hati dan beredar di dalam pembuluh darah dalam keadaan inaktif. Apabila ada mikroorganisme tersebut akan mengaktifkan sistem komplemen. Hal lain yang dapat mengaktifkan sistem komplemen, yaitu jika terdapat kompleks antibodi yang telah melekat pada antigen.
Sistem komplemen merupakan sekumpulan protein dalam sirkulasi yang penting dalam pertahanan terhadap mikroba. Banyak protein komplemen merupakan enzim proteolitik. Aktivasi komplemen membutuhkan aktivasi bertahap enzim-enzim ini yang dinamakan enzymatic cascade.
Protein komplemen yang teraktivasi berfungsi sebagai enzim proteolitik untuk memecah protein komplemen lainnya. Bagian terpenting dari komplemen adalah C3 yang akan dipecah oleh enzim proteolitik pada awal reaksi complement cascade menjadi C3a dan C3b. Fragmen C3b akan berikatan dengan mikroba dan mengaktivasi reaksi selanjutnya. Ketiga jalur aktivasi komplemen di atas berbeda pada cara dimulainya, tetapi tahap selanjutnya dan hasil akhirnya adalah sama.
Sistem komplemen mempunyai 3 fungsi sebagai mekanisme pertahanan. Pertama, C3b menyelubungi mikroba sehingga mempermudah mikroba berikatan dengan fagosit (melalui reseptor C3b pada fagosit). Kedua, hasil pemecahan komplemen bersifat kemoatraktan untuk neutrofil dan monosit, serta menyebabkan inflamasi di tempat aktivasi komplemen. Ketiga, tahap akhir dari aktivasi komplemen berupa pembentukan membrane attack complex (MAC) yaitu kompleks protein polimerik yang dapat menembus membran sel mikroba, lalu membentuk lubang-lubang sehingga air dan ion akan masuk dan mengakibatkan kematian mikroba (Anonymous, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010. Imunitas Non-Spesifik.
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/03/24/imunitas-non-spesifik/
Diakses pada tanggal 22 Juni 2010
Darmono. 2006. Farmakologi Dan Toksikologi Sistem Kekebalan: Pengaruh Penyebab Dan Akibatnya Pada Kekebalan Tubuh. Jakarta: Universitas Indonesia.
Fedik A.Rantam. 2003. Metode Imunologi. Jakarta: Universitas Airlangga.
Pacito. 2010. Sistem Imunitas.
http://kusmantopacito.blogspot.com/2010/03/sistem-imunitas-kekebalan.html
Diakses pada tanggal 22 Juni 2010
http://bayyin.wordpress.com/2010/06/12/sistem-kekebalan-non-spesifik-innate-immunity-system/
http://budisma.web.id/sistem-imunitas-nonspesifik-pertahanan-tubuh.html
RESPONS NONSPESIFIK
Sistem Imunitas Nonspesifik (Pertahanan Tubuh)- Pertahanan tubuh terhadap serangan (infeksi) oleh mikroorganisme telah dilakukan sejak dari permukaan luar tubuh yaitu kulit dan pada permukaan organ-organ dalam. Tubuh dapat melindungi diri tanpa harus terlebih dulu mengenali atau menentukan identitas organisme penyerang. Imunitas nonspesifik didapat melalui tiga cara berikut.
a. Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Organ Tubuh
b. Pertahanan dengan Cara Menimbulkan Peradangan (Inflamatori)
c. Pertahanan Menggunakan Protein Pelindung
Tubuh kita memberi proteksi terhadap seluruh bagian tubuh dengan berbagai mekanisme. Kabanyakan mekanisme ini berfungsi sejak dari waktu kelahiran dan disebut kekebalan bawaan yang termasuk di dalamnya adalah leukosit. Sel-sel yang menetap dan yang beredar dari sistem retikuloendotelial bertindak sebagai sel-sel makrofaga yang memfagosit bakteri dan benda-benda asing.
Kulit yang masih utuh merupakan rintangan yang secara normal tidak dapat ditembus oleh bakteri atau virus, meskipun goresan yang sangat kecil sekalipun memungkinkan masuknya mikroorganisme tersebut. Dengan demikian, membrane mukosa yang melapisi saluran pencernaan, saluran respirasi, dan saluran genitouriner menghalangi masuknya mikroba yang secara potensial bersifat membahayakan. Selain itu, sekresi dari kelenjar minyak dan kelenjar keringat akan memberikan pH kulit yang berkisar antara 3 sampai 5 yang cukup asam untuk mencegah kolonisasi olehg banyak mikroba.
Mikroba yang berhasil menembus garis pertahanan pertama, kulit, akan menghadapi garis pertahanan kedua. Mekanisme internal pertahanan non-spesifik tubuh terutama bergantung pada fagositosis, yaitu proses penelanan organisme yang menyerang tubuh oleh jenis sel darah putih tertentu.
Menurut Fedik (2003) pertahanan tubuh yang mempunyai sifat tidak spesifik dan merupakan bagian sistem imun yang berfungsi sebagai barrier terdepan pada awal terjadinya infeksi penyakit, oleh karena itu sering disebut natural atau native immunity. Yang termasuk innate immunity adalah makrofag, sel darah merah dan sel asesories . Dapat mendeteksi adanya benda asing & melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkannya, namun tdk dpt mengenali benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Yang termasuk dlm sistem ini:
Kulit yang masih utuh merupakan rintangan yang secara normal tidak dapat ditembus oleh bakteri atau virus, meskipun goresan yang sangat kecil sekalipun memungkinkan masuknya mikroorganisme tersebut. Dengan demikian, membrane mukosa yang melapisi saluran pencernaan, saluran respirasi, dan saluran genitouriner menghalangi masuknya mikroba yang secara potensial bersifat membahayakan. Selain itu, sekresi dari kelenjar minyak dan kelenjar keringat akan memberikan pH kulit yang berkisar antara 3 sampai 5 yang cukup asam untuk mencegah kolonisasi olehg banyak mikroba.
Mikroba yang berhasil menembus garis pertahanan pertama, kulit, akan menghadapi garis pertahanan kedua. Mekanisme internal pertahanan non-spesifik tubuh terutama bergantung pada fagositosis, yaitu proses penelanan organisme yang menyerang tubuh oleh jenis sel darah putih tertentu.
Menurut Fedik (2003) pertahanan tubuh yang mempunyai sifat tidak spesifik dan merupakan bagian sistem imun yang berfungsi sebagai barrier terdepan pada awal terjadinya infeksi penyakit, oleh karena itu sering disebut natural atau native immunity. Yang termasuk innate immunity adalah makrofag, sel darah merah dan sel asesories . Dapat mendeteksi adanya benda asing & melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkannya, namun tdk dpt mengenali benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Yang termasuk dlm sistem ini:
Reaksi inflamasi/peradangan.
Merupakan respons lokal tubuh thd infeksi atau perlukaan . Tidak spesifik hanya untuk infeksi mikroba, tetapi respons yg sama juga terjadi pada perlukaan akibat suhu dingin, panas, atau trauma. Fagosit merupakan pemeran utama yang terdiri dari: neutrofil, monosit, & makrofag.
Tahap inflamasi:
Masuknya bakteri ke dalam jaringan. Vasodilatasi sistem mikrosirkulasi area yg terinfeksi dapat meningkatkan aliran darah. Permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi terhadap protein meningka sehingga difusi protein & filtrasi air ke interstisial. Keluarnya neutrofil lalu monosit dari kapiler & venula ke interstisial . Penghancuran bakteri di jaringan akan mengakibatkan fagositosis (respons sistemik: demam) yang selanjutnya yaitu perbaikan jaringan.
Protein antivirus (interferon)
Interferon adalah protein yang membantu untuk melindungi sel-sel tubuh yang sehat di sekitarnya terhadap virus. Interferon yang dihasilkan sebagai respon terhadap suatu virus, memberikan perlindungan kepada sel-sel terhadap invasi yang sama atau virus lainnya. Interferon berfungsi untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus, meningkatkan sistem kekebalan, efektif untuk melawan melanoma (kanker kulit), leukemia, membantu menyembuhkan rematik tulang (Pacito, 2010).
Sel yang terinfeksi virus akan mengeluarkan interferon. Interferon mengganggu replikasi virus (antivirus), ‘interfere’. Interferon juga memperlambat pembelahan & pertumbuhan sel tumor dengan meningkatkan potensi sel NK & sel T sitotoksik (antikanker). Peran interferon yg lain yaitu meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag & merangsang produksi antibodi.
Sel natural killer (NK)
Pertahanan non-spesifik juga meliputi sel pembunuh alami (Natural Killer). Sel NK tidak menyerang menyerang mikroorganisme secara langsung, tetapi merusak sel tubuh yang diserang oleh virus dan juga sel-sel abnormal yang dapat membentuk tumor. Sel NK tidak bersifat fagositik, melainkan menyerang membrane sel sehingga sel tersebut lisis.
Menurut Darmono (2006) Sel natural killer (NK) adalah sel limfosit yang ditemukan di dalam darah dan organ limfosit perifer, yang mampu membunuh sel yang terinfeksi virus atau sel tumor tanpa melibatkan sistem imun dan restriksi MHC. Sel NK juga disebut sebagai granuler limfosit yang besar atau sel nul karena ditandai dengan absennya penanda permukaan yang khas seperti sel-T dan sel-B. sel-NK juga mampu menghancurkan (menghaluskan) sel target dengan kontak langsung tanpa perantara antibody atau Antibody Dependent Celluler Cytoxicity (ADCC).
Sel NK dapat mengenali host cell yang sudah berubah akibat terinfeksi mikroba. Mekanisme pengenalan ini belum sepenuhnya diketahui. Sel NK mempunyai berbagai reseptor untuk molekul host cell, sebagian reseptor akan mengaktivasi sel NK dan sebagian yang lain menghambatnya. Reseptor pengaktivasi bertugas untuk mengenali molekul di permukaan host cell yang terinfeksi virus, serta mengenali fagosit yang mengandung virus dan bakteri. Reseptor pengaktivasi sel NK yang lain bertugas untuk mengenali molekul permukaan host cell yang normal (tidak terinfeksi) (Anonymous, 2010).
Sistem komplemen
Sistem komplemen ialah seri (lebih dari 18 macam) protein plasma yang dihasilkan oleh hati dan beredar di dalam pembuluh darah dalam keadaan inaktif. Apabila ada mikroorganisme tersebut akan mengaktifkan sistem komplemen. Hal lain yang dapat mengaktifkan sistem komplemen, yaitu jika terdapat kompleks antibodi yang telah melekat pada antigen.
Sistem komplemen merupakan sekumpulan protein dalam sirkulasi yang penting dalam pertahanan terhadap mikroba. Banyak protein komplemen merupakan enzim proteolitik. Aktivasi komplemen membutuhkan aktivasi bertahap enzim-enzim ini yang dinamakan enzymatic cascade.
Protein komplemen yang teraktivasi berfungsi sebagai enzim proteolitik untuk memecah protein komplemen lainnya. Bagian terpenting dari komplemen adalah C3 yang akan dipecah oleh enzim proteolitik pada awal reaksi complement cascade menjadi C3a dan C3b. Fragmen C3b akan berikatan dengan mikroba dan mengaktivasi reaksi selanjutnya. Ketiga jalur aktivasi komplemen di atas berbeda pada cara dimulainya, tetapi tahap selanjutnya dan hasil akhirnya adalah sama.
Sistem komplemen mempunyai 3 fungsi sebagai mekanisme pertahanan. Pertama, C3b menyelubungi mikroba sehingga mempermudah mikroba berikatan dengan fagosit (melalui reseptor C3b pada fagosit). Kedua, hasil pemecahan komplemen bersifat kemoatraktan untuk neutrofil dan monosit, serta menyebabkan inflamasi di tempat aktivasi komplemen. Ketiga, tahap akhir dari aktivasi komplemen berupa pembentukan membrane attack complex (MAC) yaitu kompleks protein polimerik yang dapat menembus membran sel mikroba, lalu membentuk lubang-lubang sehingga air dan ion akan masuk dan mengakibatkan kematian mikroba (Anonymous, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010. Imunitas Non-Spesifik.
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/03/24/imunitas-non-spesifik/
Diakses pada tanggal 22 Juni 2010
Darmono. 2006. Farmakologi Dan Toksikologi Sistem Kekebalan: Pengaruh Penyebab Dan Akibatnya Pada Kekebalan Tubuh. Jakarta: Universitas Indonesia.
Fedik A.Rantam. 2003. Metode Imunologi. Jakarta: Universitas Airlangga.
Pacito. 2010. Sistem Imunitas.
http://kusmantopacito.blogspot.com/2010/03/sistem-imunitas-kekebalan.html
Diakses pada tanggal 22 Juni 2010
http://budisma.web.id/sistem-imunitas-nonspesifik-pertahanan-tubuh.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar